JENIS-JENIS
PENELITIAN
Berdasarkan
Bidang Ilmu
1.
Penelitian
Esakta
Penelitian esakta lebih mengutamakan data dri hasil-hasil
eksperimen. Penelitian ini sebagian besar dengan perhitungan-perhitungan dan
analisis kuantitatif. Dapat diadakan kapan saja, dan bila di tes lagi, peluang
terjadi persamaan lebih besar. Dengan kata lain, generalisasikan dapat
diterapkan pada penelitian lain, sejauh variabelnya sama. Contohnya, daya
tembus sinar radioaktif (α, β, γ). Dibagi menjadi beberapa disiplin ilmu, yaitu
–
Biologi
–
Kimia
–
Fisika
–
Kedokteran
–
Astronomi
–
Geologi
–
Geografi
2. Penelitian non-Esakta
Penelitian non-esakta lebih menekankan pada pola-pola
hubungan dan tatanan dalam masyarakat. Kejadian bersifat situasional dan
dinamis, tergantung pada kondisi sosiokultural masyarakat. Pengolahan data
menggunakan analisis kualitatif Sulit digeneralisasikan meskipun
variael-variabelnya sama. Contohnya, penelitian mengenai budaya masyarakat
migran, presepsi masyarakat terhadap modernisasi. Dibagi menjadi beberapa
bidang ilmu diantaranya
–
Agama/Teologi
–
Sejarah
–
Antropologi
–
Sosiologi
–
Pendidikan
–
Psikologi
–
Filsafat
Berdasarkan Tempat
Pelaksanaannya
Penggolongan penelitian menurut
tempat pelaksanaannya, dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Penelitian
laboratorium
Penelitian jenis ini dilakukan dalam
suatu tempat khusus untuk mengadakan studi ilmiah dan kerja ilmiah. Tujuan
penelitian laboratorium untuk ilmu pengetahuan sosial ialah: mengumpulkan data,
mengadakan analisa, mengadakan test, serta memberikan interpretasi terhadap
sejumlah data, sehingga orang bisa meramalkan kecenderungan gerak satu gejala
sosial dalam satu masyarakat tertentu. Laboratorium pengetahuan sosial ini
memberikan bimbingan pada sejumlah ilmuwan dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan untuk melakukan penelitian secara kooperatif.
b. Penelitian
lapangan (field research)
Penelitian lapangan dilakukan dalam
kancah kehidupan sebenarnya. Misalnya saja penelitian tentang kehidupan para
guru, masalah religiusitas masyarakat desa, penelitian anak-anak pencandu
narkoba, dan lain-lain. Penelitian lapangan pada hakekatnya merupakan metode
untuk menemukan secara khusus dan realistis apa yang tengah terjadi pada suatu
saat di tengah masyarakat. Jadi, mengadakan penelitian mengenai beberapa
masalah aktual yang kini tengah berkecamuk dan mengekspresikan diri dalam bentuk
gejala atau proses sosial.
c. Penelitian
perpustakaan (library research)
Penelitian perpustakaan bertujuan untuk
mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang
terdapat di ruang perpustakaan, misalnya berupa; buku-buku, majalah,
naskah-naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain. Pada
hakekatnya, data yang diperoleh dengan jalan penelitian perpustakaan tersebut
dijadikan fundasi dasar dan alat utama bagi praktek penelitian di tengah
lapangan.
Berdasarkan
Tujuan
1. Penelitian Eksplorasi
Penelitian eksplorasi adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk menemukan ilmu (pendidikan ) dan masalah masalah yang baru dalam bidang pendidikan.ilmu pendidikan dan masalah masalah yang diperlukan melalui penelitian pendidikan benar benar baru dan belum pernah diketahui sebelumnya. Misalnya,suatu penelitian telah menghasilkan profil atau kriteria kepemimpinan efektif dalam manejemen berbasis sekolah,atau penelitian tentang suatu metode atau prosedur baru dalam pembelajaran bahasa inggris yang menyenangkan peserta didik.
2. Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk mengembangkan ilmu (pendidikan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan, memperdalam atau memperluas ilmu (pendidikan) yang telah ada. Misalnya, penelitian tentang implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPS yang sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran IPA atau penelitian tentang sistem penjaminan mutu (Quality asurance) dalam organisasi/satuan pendidikan yang sebelumnya telah berhasil diterapkan dalam organisasi bisnis atau perusahaan.
3. Penelitian Verifikasi
Penelitian ini adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk menguji kebenaran ilmu-ilmu (pendidikan) yang telah ada, baik berupa konsep, prinsip, prosedur, dalil maupun praktek pendidikan itu sendiri. Data penelitian yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau masalah-masalah ilmu pendidikan.
Misalnya, suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya kepemimpinan, atau penelitian yang dilakukan untuk menguji efektifitas model-model pembelajaran yang telah ada dalam mata pelajaran tertentu.
1. Penelitian Eksplorasi
Penelitian eksplorasi adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk menemukan ilmu (pendidikan ) dan masalah masalah yang baru dalam bidang pendidikan.ilmu pendidikan dan masalah masalah yang diperlukan melalui penelitian pendidikan benar benar baru dan belum pernah diketahui sebelumnya. Misalnya,suatu penelitian telah menghasilkan profil atau kriteria kepemimpinan efektif dalam manejemen berbasis sekolah,atau penelitian tentang suatu metode atau prosedur baru dalam pembelajaran bahasa inggris yang menyenangkan peserta didik.
2. Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk mengembangkan ilmu (pendidikan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan, memperdalam atau memperluas ilmu (pendidikan) yang telah ada. Misalnya, penelitian tentang implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPS yang sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran IPA atau penelitian tentang sistem penjaminan mutu (Quality asurance) dalam organisasi/satuan pendidikan yang sebelumnya telah berhasil diterapkan dalam organisasi bisnis atau perusahaan.
3. Penelitian Verifikasi
Penelitian ini adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk menguji kebenaran ilmu-ilmu (pendidikan) yang telah ada, baik berupa konsep, prinsip, prosedur, dalil maupun praktek pendidikan itu sendiri. Data penelitian yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau masalah-masalah ilmu pendidikan.
Misalnya, suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya kepemimpinan, atau penelitian yang dilakukan untuk menguji efektifitas model-model pembelajaran yang telah ada dalam mata pelajaran tertentu.
Berdasarkan Pendekatan
1.
Penelitian Kuantitatif (quantitative research)
Penelitian kuantitatif ini adalah penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan melalui teknik pengukuraan yang cermat terhadap varaiabel-variabel tertentu, sehingga mengasilkan simpulan simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kuantitatif.
Penelitian kuantitatif banyak digunakan terutama untuk mengembangkan teori dalam suatu disiplin ilmu. Penggunaan pengkuran disertai analisis secara statis di dalam penellitian mengimplikasikan bahwa penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
2. Penelitian Kuliatatif (Qualitative Research)
Penelitian kualitatif ini adalah penelitian untk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakuukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari, berinteraksi dengan mereka, dan berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu, peneliti harus terjun dalam lapangan dengan waktu yang cukup lama.
3. Penelitian Perkembangan (Developmental Reseach)
Penelitian perkembangan ini adalah suatu kajian tentang pola dan urutan pertumbuhan dan / atau perubahan sebagai fungsi waktu. Objek penelitiannya adalah perubahan atau kemajuan yang dicapai oleh individu, seperti peserta didik, guru, kepala sekolah, dan unit-unit pendidikan lainnya. Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan individu dalam kurun waktu tertentu.
Penelitian perkembangan terdiri dari tiga jenis.
a. Studi alur panjang (longitudinal)
Studi ini mempelajari pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan individu yang sama, perkembangan yang berbeda dalam waktu yang cukup lama (jangka panjang)
b. Studi silang-sekat (cross-selectional)
Studi ini mengkaji tentang pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan yang terjadi pada individu pada tingkat atau kelompok usia tertetu dengan waktu yang cukup singkat (jangka pendek). Peneliti tidak perlu mengamati individu teralu lama karena dapat diganti dengan subjek baru dari berbagai kelompok/tingkat usia. Untuk menarik simpulan, peneliti tidak perlu menunggu waktu yang cukup lama. Misalnya, meneliti tentang kemampuan berbahasa Indonesia pada peserta didik di kelas satu saja atau di kelas dua saja, dan seterusnya.
c. Studi kecenderungan (ternd)
Studi ini bertujuan untuk menentukan bentuk perubahan di masa lampau agar dapat memprediksi bentuk perubahan di masa datang. Fungsi studi ini adalah memprediksi kecenderungan yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Penelitian kuantitatif ini adalah penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan melalui teknik pengukuraan yang cermat terhadap varaiabel-variabel tertentu, sehingga mengasilkan simpulan simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kuantitatif.
Penelitian kuantitatif banyak digunakan terutama untuk mengembangkan teori dalam suatu disiplin ilmu. Penggunaan pengkuran disertai analisis secara statis di dalam penellitian mengimplikasikan bahwa penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
2. Penelitian Kuliatatif (Qualitative Research)
Penelitian kualitatif ini adalah penelitian untk menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakuukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap orang dalam kehidupannya sehari-hari, berinteraksi dengan mereka, dan berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu, peneliti harus terjun dalam lapangan dengan waktu yang cukup lama.
3. Penelitian Perkembangan (Developmental Reseach)
Penelitian perkembangan ini adalah suatu kajian tentang pola dan urutan pertumbuhan dan / atau perubahan sebagai fungsi waktu. Objek penelitiannya adalah perubahan atau kemajuan yang dicapai oleh individu, seperti peserta didik, guru, kepala sekolah, dan unit-unit pendidikan lainnya. Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan individu dalam kurun waktu tertentu.
Penelitian perkembangan terdiri dari tiga jenis.
a. Studi alur panjang (longitudinal)
Studi ini mempelajari pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan individu yang sama, perkembangan yang berbeda dalam waktu yang cukup lama (jangka panjang)
b. Studi silang-sekat (cross-selectional)
Studi ini mengkaji tentang pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan yang terjadi pada individu pada tingkat atau kelompok usia tertetu dengan waktu yang cukup singkat (jangka pendek). Peneliti tidak perlu mengamati individu teralu lama karena dapat diganti dengan subjek baru dari berbagai kelompok/tingkat usia. Untuk menarik simpulan, peneliti tidak perlu menunggu waktu yang cukup lama. Misalnya, meneliti tentang kemampuan berbahasa Indonesia pada peserta didik di kelas satu saja atau di kelas dua saja, dan seterusnya.
c. Studi kecenderungan (ternd)
Studi ini bertujuan untuk menentukan bentuk perubahan di masa lampau agar dapat memprediksi bentuk perubahan di masa datang. Fungsi studi ini adalah memprediksi kecenderungan yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Berdasarkan
Metode
1. Penelitian sejarah
Pada dasarnya, penelitian sejarah merupaka expost facto research di bawah payung qualitative research. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak dapat dilakukan manipulasi atau kontrol terhadap variabel, sebagaimana jenis-jenis penelitian di bawah payung quantative research. Penelitian sejarah memfokuskan kajiannya terhadap fenomena, peristiwa atau perkembangan yang terjadi pada masa lampau. Tujuannya yakni untuk :
(a) mendeskripsikan dan merekontruksi fenomena masa lampau secara sistematis, obyektif dan rasional dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, dan mensintesiskan bukti-bukti secara faktual untuk memperoleh simpulan yang kuat.
(b) meningkatkan pemahaman dan memperkaya wawasan kita tentang fenomena di masa lalu dan bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, serta kemungkinan-kemungkinan penerapannya pada masa yang akan datang.
Sehubungan dengan penelitian sejarah, John W. Best (1997) menjelaskan sejarah merupakan “rekaman” prestasi manusia. Ia bukan semata-semata daftar rangkaian peristiwa secara kronologis, melainkan suatu deskripsi berbagai hubungan yang benar-benar manunggal antara manusia, peristiwa, waktu dan tempat. Tidak semmua orang bisa dijadikan subjek penelitian sejarah tanpa diperhitungkan juga interaksinya dengan gagasan-gagasan, gerakan-gerakan, atau instuisi-instuisi yang hidup pada jamannya.
Dalam penelitian sejarah dapat juga diajukan hipotesis meskipun hipotesis tersebut tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. Biasanya sejarahwan menyimpulkan bukti-bukti dan secara cermat menilai kepercayaannya. Jika buktinya ternyata cocok dengan hipotesisnya, maka hipotesis tersebut teruji. Sumber data yang dapat digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
(a) sumber primer, (a.1) sumber yang diperoleh secara langsung dari objek peninggalan masa lampau, seperti : candi, istana, senjata, dsb. (a.2) cerita, penuturan, dan catatan dari para saksi mata ketika peristiwa tersebut terjadi, seperti : undang-undang, piagam, otobiografi, dsb.
(b) Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui bahan-bahan/dokumen tertulis, seperti : ensiklopedia, buku, majalah, koran, dsb.
Sumber informasi dalam penelitian sejarah dapat dikelompokkan menjadi empat bagian :
(a) dokumen, yaitu materi yang tertulis dalam bentuk buku, majalah, koran, dsb.
(b) Rekaman yang bersifat numerik, yaitu rekaman yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk data numerik, misalnya skor tes, laporan sensus, dsb.
(c) Pernnyataan lisan, yaitu melakukan wawancara dengan orang yang merupakan saksi saat peristiwa lalu terjadi. Ini merupakan bentuk khusus dari penelitian sejarah yang disebut oral history.
(d) Relief, yaitu objek fisik atau karakteristik visual yang memberikan beberapa informasi tentang peristiwa masa lalu. Contohnya, monumen, peralatan, pakaian, dsb.
Untuk menjamin kebenaran informasi yang ada, terutama dalam data sekunder perlu diadakan external critism maupun internal critism. Dalam external critism dikaji tentang siapa yang menulis dokumen, apa tujuan penulisan dokumen tersebut, kapan dan dimana dokumen itu dibuat, dalam kondisi yang bagaimana dokumen itu ditulis, apakah dokumen tersebut merupakan naskah asli, dan seterusnya. Untuk menetapkan umur satu dokumen, peneliti dapat meibatkan unsur-unsur penting, seperti pengujian tnda tangan, bentuk huruf, penggunaan bahasa dan termasuk juga uji fisik dan kimiawi atas tinta, cat, kertas, dsb. Dalam internal critism dikaji, misalnya apa yang dimaksudkan oleh pengarang dalam pernyataannya, apakah pernyataannya tersebut dapat dipercaya, apakah terlihat konsistensi antara pernyataan yang satu dengan yang lainnya, dsb. Peneliti sejarah harus benar-benar yakin bahwa datanya autentik dan akurat, sehingga dapat memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang berharga untuk ditelaah secara serius.
Karakteristik penelitian sejarah, yaitu :
(a) Menggunakan data sekunder, data yang diobservasi oleh orang lain.
(b) Hanya mengumpulkan informasi, karena itu jika tidak dilakukan ekstra hati-hati, informasi tersebut kurang valid dan reliabel, berat sebelah dan bias.
(a) Selain data sekunder, ada juga data primer yang dikumpulkan melalui pengamatan melalui pengamatan secara langsung. Diantara kedua data tersebut, data primer dianggap memiliki otoritas yang kuat sebagai bukti tangan pertama dan diberi prioritas dalam pengumpulan data.
(b) Terdapat dua jenis kritik yang digunakan untuk menentukan nilai atau bobot data yakni: kritik eksternal dan kritik internal.
(c) Dibandingkan dengan penelitian perpustakaan, pendekatan sejarah lebih tuntas, mencari informasi dari sumber yang lebih luas.
Menurut Fraenkel dan Wallen (1990), ada empat langkah pokok dalam penelitian sejarah, yaitu merumuskan masalah, menemukan sumber-sumber informasi sejarah yang relevan, meringkas dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber-sumber tersebut, serta mempresentasikan dan menginterpretasikan informasi-informasi tersebut yang dihubungkan dengan masalah atau pertanyaan dalam penelitian. Langkah-langkah ini dapat diuraikan lagi menjadi beberapa tahap, dan setiap tahap terdiri atas langkah-langkah operasional sebagai berikut :
Tahap pertama : persiapan penelitian
Pada tahap ini biasanya peneliti menyusun desain penelitian, yang meliputi: memilih dan merumuskan masalah, menetapkan tujuan penelitian, menjelaskan manfaat hasil penelitian, merumuskan asumsi, memilih pendekatan penelitian, menentukan langkah-langkah kegiatan penelitian, menyusun instrumen dan pedoman analisis data.
Tahap kedua : pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian sejarah dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Heuristik (pengumpulan data)
b. Kritik (verifikasi)
c. Interpretasi (penafsiran)
d. Histiriograf (penulisan sejarah)
Tahap ketiga : penyusuna laporan hasil penelitian
2. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan dan menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena dan peristiwa yang terjadi saat ini. Pola-pola penelitian deskriptif ini antara lain : survey, studi kasus, causal-comparative, korelasional, dan pengembangan. Tujuannya adalah untuk (a) menjelaskan suatu fenomena, (b) mengumpulkan informasi yang bersifat aktual dan fuktual berdasarkan fenomena yang ada, (c) mengidentifikasi masalah-masalah atau melakukan justifikasi kondisi-kondisi dan praktik-praktik yang sedang berlangsung, (d) membuat perbandingan dan evaluasi, dan (e) mendeterminasi apa yang dikerjakan orang lain apabila memiliki masalah atau situasi yang sama dan memperoleh keuntungan dari pengalaman mereka untuk membuat rencana dan keputusan di masa yang akan datang.
3. Penelitian eksperimen
Penelitian ekperimen adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Bentuk penelitian eksperimen menurut Tuckman (1982) ada 4 jenis, yaitu pre experimental, true experimental, factorial, dan quasi experimental. Berbeda dengan Tuckman, Sukmadinata (2009) dalam bukunya menyatakan bahwa penelitian eksperimen berdasarkan variasinya terdiri dari penelitian ekperimen murni (true experimental), eksperimen kuasi (quasi experimental), eksperimen lemah (weak experimental) dan eksperimen subjek tunggal (single subject experimental).
Eksperimen murni merupakan metode eksperimen yang paling mengikuti prosedur dan memenuhi syarat-syarat eksperimen. Dalam eksperimen murni, kecuali variabel independen yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen, semua variabel dikontrol atau disamakan karakteristiknya (dicari yang sama). Sedangkan pada eksperimen semu (quasi experimental) pengontrolan variabel hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan.
Eksperimen lemah merupakan metode penelitian eksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen, tetapi tidak ada pengontrolan variabel sama sekali. Eksperimen ini sangat lemah kadar validitasnya. Eksperimen jenis ke empat adalah eksperimen subjek tunggal. Eksperimen subjek tunggal merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. Dalam pelaksanaan eksperimen subjek tunggal, variasi bentuk eksperimen murni, kuasi dan lemah belaku.
4. Penelitian survey
Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1998). Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Survey adalah suatu desain yang digunaan untuk penyelidikan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu popilasi. Pada survey tidak ada intervensi, survey mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang,pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku, dan nilai.
Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen. Penggalian data melalui kuisioner dapat dilakukan tanya jawab langsung atau melalui telepon, sms, e-mail maupun dengan penyebaran kuisioner melalui surat. Wawancara dapat dilakukan juga melalui telepon, video confeence maupun tatap muka-langsung. Keuntungan dari survey ini adalah dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil dapat dipergunkan untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat sering kali cenderung bersifat superfisial. Oleh karena itu pada penelitian survey akan lebih baik jika dilaksanakan analisa secara bertahap.
Pada umumnya survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data. Survei menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sample besar, semakin hasilnya mencerminkan populasi. Penelitian survey dapat digunakan untuk maksud penjajakan (eksploratif), menguraikan (deskriptif), penjelasan (eksplanatory) yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, evaluasi, prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan dating, penelitian operational dan pengembangan indikaor-indikator social.
5. Penelitian ekspos fakto
Penelitian ekspos fakto (after the fact) merupakan penelitian yang dilakukan terhadap suatu kejadian yang telah berlangsung. Jenis penelitian ini disebut juga sebagai restropective study karena meneusuri kembali terhadap suatu peristiwa dan kemudian menelusuri ke belakang untuk menyelidiki faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian ini dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami. Penelitian ini merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau tidak dlakukan pada saat penelitian berlangsung.
Dalam beberapa hal penelitian ekspos fakto dapat dianggap sebagai kebalikan dari penelitian eksperimen atau sebagai pengganti dari pengambilan dua kelompok yang sama, kemudian diberi perlakuan yang berbeda.
1. Penelitian sejarah
Pada dasarnya, penelitian sejarah merupaka expost facto research di bawah payung qualitative research. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak dapat dilakukan manipulasi atau kontrol terhadap variabel, sebagaimana jenis-jenis penelitian di bawah payung quantative research. Penelitian sejarah memfokuskan kajiannya terhadap fenomena, peristiwa atau perkembangan yang terjadi pada masa lampau. Tujuannya yakni untuk :
(a) mendeskripsikan dan merekontruksi fenomena masa lampau secara sistematis, obyektif dan rasional dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, dan mensintesiskan bukti-bukti secara faktual untuk memperoleh simpulan yang kuat.
(b) meningkatkan pemahaman dan memperkaya wawasan kita tentang fenomena di masa lalu dan bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, serta kemungkinan-kemungkinan penerapannya pada masa yang akan datang.
Sehubungan dengan penelitian sejarah, John W. Best (1997) menjelaskan sejarah merupakan “rekaman” prestasi manusia. Ia bukan semata-semata daftar rangkaian peristiwa secara kronologis, melainkan suatu deskripsi berbagai hubungan yang benar-benar manunggal antara manusia, peristiwa, waktu dan tempat. Tidak semmua orang bisa dijadikan subjek penelitian sejarah tanpa diperhitungkan juga interaksinya dengan gagasan-gagasan, gerakan-gerakan, atau instuisi-instuisi yang hidup pada jamannya.
Dalam penelitian sejarah dapat juga diajukan hipotesis meskipun hipotesis tersebut tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. Biasanya sejarahwan menyimpulkan bukti-bukti dan secara cermat menilai kepercayaannya. Jika buktinya ternyata cocok dengan hipotesisnya, maka hipotesis tersebut teruji. Sumber data yang dapat digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
(a) sumber primer, (a.1) sumber yang diperoleh secara langsung dari objek peninggalan masa lampau, seperti : candi, istana, senjata, dsb. (a.2) cerita, penuturan, dan catatan dari para saksi mata ketika peristiwa tersebut terjadi, seperti : undang-undang, piagam, otobiografi, dsb.
(b) Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui bahan-bahan/dokumen tertulis, seperti : ensiklopedia, buku, majalah, koran, dsb.
Sumber informasi dalam penelitian sejarah dapat dikelompokkan menjadi empat bagian :
(a) dokumen, yaitu materi yang tertulis dalam bentuk buku, majalah, koran, dsb.
(b) Rekaman yang bersifat numerik, yaitu rekaman yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk data numerik, misalnya skor tes, laporan sensus, dsb.
(c) Pernnyataan lisan, yaitu melakukan wawancara dengan orang yang merupakan saksi saat peristiwa lalu terjadi. Ini merupakan bentuk khusus dari penelitian sejarah yang disebut oral history.
(d) Relief, yaitu objek fisik atau karakteristik visual yang memberikan beberapa informasi tentang peristiwa masa lalu. Contohnya, monumen, peralatan, pakaian, dsb.
Untuk menjamin kebenaran informasi yang ada, terutama dalam data sekunder perlu diadakan external critism maupun internal critism. Dalam external critism dikaji tentang siapa yang menulis dokumen, apa tujuan penulisan dokumen tersebut, kapan dan dimana dokumen itu dibuat, dalam kondisi yang bagaimana dokumen itu ditulis, apakah dokumen tersebut merupakan naskah asli, dan seterusnya. Untuk menetapkan umur satu dokumen, peneliti dapat meibatkan unsur-unsur penting, seperti pengujian tnda tangan, bentuk huruf, penggunaan bahasa dan termasuk juga uji fisik dan kimiawi atas tinta, cat, kertas, dsb. Dalam internal critism dikaji, misalnya apa yang dimaksudkan oleh pengarang dalam pernyataannya, apakah pernyataannya tersebut dapat dipercaya, apakah terlihat konsistensi antara pernyataan yang satu dengan yang lainnya, dsb. Peneliti sejarah harus benar-benar yakin bahwa datanya autentik dan akurat, sehingga dapat memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang berharga untuk ditelaah secara serius.
Karakteristik penelitian sejarah, yaitu :
(a) Menggunakan data sekunder, data yang diobservasi oleh orang lain.
(b) Hanya mengumpulkan informasi, karena itu jika tidak dilakukan ekstra hati-hati, informasi tersebut kurang valid dan reliabel, berat sebelah dan bias.
(a) Selain data sekunder, ada juga data primer yang dikumpulkan melalui pengamatan melalui pengamatan secara langsung. Diantara kedua data tersebut, data primer dianggap memiliki otoritas yang kuat sebagai bukti tangan pertama dan diberi prioritas dalam pengumpulan data.
(b) Terdapat dua jenis kritik yang digunakan untuk menentukan nilai atau bobot data yakni: kritik eksternal dan kritik internal.
(c) Dibandingkan dengan penelitian perpustakaan, pendekatan sejarah lebih tuntas, mencari informasi dari sumber yang lebih luas.
Menurut Fraenkel dan Wallen (1990), ada empat langkah pokok dalam penelitian sejarah, yaitu merumuskan masalah, menemukan sumber-sumber informasi sejarah yang relevan, meringkas dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber-sumber tersebut, serta mempresentasikan dan menginterpretasikan informasi-informasi tersebut yang dihubungkan dengan masalah atau pertanyaan dalam penelitian. Langkah-langkah ini dapat diuraikan lagi menjadi beberapa tahap, dan setiap tahap terdiri atas langkah-langkah operasional sebagai berikut :
Tahap pertama : persiapan penelitian
Pada tahap ini biasanya peneliti menyusun desain penelitian, yang meliputi: memilih dan merumuskan masalah, menetapkan tujuan penelitian, menjelaskan manfaat hasil penelitian, merumuskan asumsi, memilih pendekatan penelitian, menentukan langkah-langkah kegiatan penelitian, menyusun instrumen dan pedoman analisis data.
Tahap kedua : pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian sejarah dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Heuristik (pengumpulan data)
b. Kritik (verifikasi)
c. Interpretasi (penafsiran)
d. Histiriograf (penulisan sejarah)
Tahap ketiga : penyusuna laporan hasil penelitian
2. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan dan menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena dan peristiwa yang terjadi saat ini. Pola-pola penelitian deskriptif ini antara lain : survey, studi kasus, causal-comparative, korelasional, dan pengembangan. Tujuannya adalah untuk (a) menjelaskan suatu fenomena, (b) mengumpulkan informasi yang bersifat aktual dan fuktual berdasarkan fenomena yang ada, (c) mengidentifikasi masalah-masalah atau melakukan justifikasi kondisi-kondisi dan praktik-praktik yang sedang berlangsung, (d) membuat perbandingan dan evaluasi, dan (e) mendeterminasi apa yang dikerjakan orang lain apabila memiliki masalah atau situasi yang sama dan memperoleh keuntungan dari pengalaman mereka untuk membuat rencana dan keputusan di masa yang akan datang.
3. Penelitian eksperimen
Penelitian ekperimen adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Bentuk penelitian eksperimen menurut Tuckman (1982) ada 4 jenis, yaitu pre experimental, true experimental, factorial, dan quasi experimental. Berbeda dengan Tuckman, Sukmadinata (2009) dalam bukunya menyatakan bahwa penelitian eksperimen berdasarkan variasinya terdiri dari penelitian ekperimen murni (true experimental), eksperimen kuasi (quasi experimental), eksperimen lemah (weak experimental) dan eksperimen subjek tunggal (single subject experimental).
Eksperimen murni merupakan metode eksperimen yang paling mengikuti prosedur dan memenuhi syarat-syarat eksperimen. Dalam eksperimen murni, kecuali variabel independen yang akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen, semua variabel dikontrol atau disamakan karakteristiknya (dicari yang sama). Sedangkan pada eksperimen semu (quasi experimental) pengontrolan variabel hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan.
Eksperimen lemah merupakan metode penelitian eksperimen yang desain dan perlakuannya seperti eksperimen, tetapi tidak ada pengontrolan variabel sama sekali. Eksperimen ini sangat lemah kadar validitasnya. Eksperimen jenis ke empat adalah eksperimen subjek tunggal. Eksperimen subjek tunggal merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. Dalam pelaksanaan eksperimen subjek tunggal, variasi bentuk eksperimen murni, kuasi dan lemah belaku.
4. Penelitian survey
Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1998). Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Survey adalah suatu desain yang digunaan untuk penyelidikan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu popilasi. Pada survey tidak ada intervensi, survey mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang,pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku, dan nilai.
Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen. Penggalian data melalui kuisioner dapat dilakukan tanya jawab langsung atau melalui telepon, sms, e-mail maupun dengan penyebaran kuisioner melalui surat. Wawancara dapat dilakukan juga melalui telepon, video confeence maupun tatap muka-langsung. Keuntungan dari survey ini adalah dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil dapat dipergunkan untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat sering kali cenderung bersifat superfisial. Oleh karena itu pada penelitian survey akan lebih baik jika dilaksanakan analisa secara bertahap.
Pada umumnya survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data. Survei menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sample besar, semakin hasilnya mencerminkan populasi. Penelitian survey dapat digunakan untuk maksud penjajakan (eksploratif), menguraikan (deskriptif), penjelasan (eksplanatory) yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, evaluasi, prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan dating, penelitian operational dan pengembangan indikaor-indikator social.
5. Penelitian ekspos fakto
Penelitian ekspos fakto (after the fact) merupakan penelitian yang dilakukan terhadap suatu kejadian yang telah berlangsung. Jenis penelitian ini disebut juga sebagai restropective study karena meneusuri kembali terhadap suatu peristiwa dan kemudian menelusuri ke belakang untuk menyelidiki faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian ini dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami. Penelitian ini merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau tidak dlakukan pada saat penelitian berlangsung.
Dalam beberapa hal penelitian ekspos fakto dapat dianggap sebagai kebalikan dari penelitian eksperimen atau sebagai pengganti dari pengambilan dua kelompok yang sama, kemudian diberi perlakuan yang berbeda.
Berdasarkan Dimensi Waktu
Berdasarkan dimensi waktu,
penelitian bisa dibedakan menjadi 2 macam penelitian, yaitu:
a. Penelitian Cross-sectional
Penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Penelitian ini hanya digunakan dalam
waktu yang tertentu, dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu yang
berbeda untuk diperbandingkan.
Satu hal yang diingat bahwa
pengertian satu waktu tertentu tidak bisa hanya dibatasi pada hitungan minggu,
bulan atau tahun saja. Tidak ada batasan baku untuk menunjukkan
satu waktu tertentu. Akan tetapi, yang digunakan adalah bahwa penelitian itu
telah selesai. Dengan demikian, bisa saja seorang melakukan penelitian di bulan
Januari, kemudian karena ada keperluan mendesak, pada bulan Februari dan Maret,
ia kembali ke rumahnya. Pada bulan April, ia kembali lagi kelapangan untuk meneruskan
pengumpulan data. Sekalipun peneliti mendatangi lokasi penelitian sebanyak dua
kali, ia tetap dikategorikan melakukan penelitian cross-sectional.Dengan
demikian, konsep satu waktu tertentu dalam satu penelitianlah yang digunakan
untuk menentukan bahwa penelitian itu merupakan penelitiancross-sectional.[15]
b. Penelitian longitudinal
. Penelitian jenis ini dilakukan
antarwaktu. Dengan demikian, setidaknya terdapat dua kali penelitian dengan
topik dan gejala yang sama, tetapi dilakukan dalam waktu yang berbeda. Namun
bukan berarti jika ada dua penelitian yang dilakukan dalam waktu yang berbeda
dengan topik yang sama selalu dikategorikan ke dalam penelitian longitudinal, tetapi
ada kata kunci yang harus dipegang, yaitu adanya upaya perbandingan antara
hasil penelitian. Dengan kata lain, penelitian longitudinal sudah
direncanakan sejak awal penelitian, dan bukannya secara kebetulan terjadi.[16]
Penelitian longitudinal merupakan
penelitian yang mencoba melihat perubahan yang terjadi. Penelitian longitudinal terbagi
lagi ke dalam tiga bentuk, yaitu:
1) Penelitian
kecenderungan, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama dengan
waktu yang berbeda, serta responden atau informan yang berbeda.
2) Penelitian
panel, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama dengan waktu yang
berbeda, dan responden atau informan yang sama. Dengan penelitian ini,
seseorang akan diteliti minimal sebanyak dua kali. Permasalahan yang seringkali
muncul dalam penelitian ini adalah jika jangka waktu antara penelitian
yang satu dengan penelitian yang lainnya berdurasi cukup lama sehingga ada
kemungkinan responden yang dulu dijadikan sampel, kina sudah tidak bisa ditemui
lagi, bisa jadi karena dia sudah meninggal dunia atau bisa juga karena sudah
pindah rumah.
3) Penelitian
kohort, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama, yang dilakukan
pada waktu yang berbeda dengan responden atau informan yang memiliki
karakteristik yang sama. Dengan demikian, orang-orang yang diteliti berbeda,
tetapi memiliki ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri ini bisa berbentuk apa pun juga.
Bisa saja mereka memiliki kesamaan pengalaman hidup, kesamaan tempat tinggal,
kesamaan keturunan, kesamaan alumni, kesamaan latar belakang pekerjaan,
kesamaan status, dan lain sebagainya. Misalnya kita akan melakukan penelitian
di tahun 1990 kepada orang-orang yang berusia 45 tahun. Tahun 2000 kita
melakukan penelitian yang sama dengan orang-orang yang berusia 55 tahun.
Karakteristik apa yang sama? Mereka adalah orang-orang yang lahir pada tahun
1945. Dengan demikian, karakteristik yang sama adalah tahun kelahiran. Tidak
hanya itu, ternyata peneliti menginginkan agar semua orang yang diteliti pada
tahun 1965 berusia 20 tahun sehingga dapat mengetahui tentang kejadian
pemberontakan G 30 S PKI, dan sama-sama mengalaminya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar